Kamis, 08 Juni 2017

Ikhlaskan

Senja berwarna jingga, seolah melukiskan pilu, memanggil kenangan, kenangan sedih, bahagia berujung haru, sebab rindu yang tak mampu untuk di sekap erat dalam memori.

Hari ini ada banyak hal yang terjadi, rupanya ada dukungan positif dari orang-orang terkasih, sayang raguku telah ada pada ambang batas, ini bukan pertama raguku seolah memuncak akan kata dalam kalimat yang kau sampaikan.

Ragu, ragu itu kini benar-benar telah bulat dalam sebuah keyakinan yang seolah tak akan tergoyahkan lagi, aku..! Aku lelah, lelah dengan rindu yang tak mampu ku pecahkan heningnya, lelah dengan memori yang kuputar lalu ingin ku benarkan dengan rasaku sendiri, aku telah menjadi sosok egois, bukan untukmu! Itu tentang diriku.

Beberapa waktu yang lalu, saat aku pertama merasa ada yang salah tentang diriku kepadamu, berkali-kali aku menyukaimu, sebanyak aku menyukaimu, sebanyak itu pula aku ingin lari dari mencinta mu, kau bertanya mengapa? Sebab untuk mencintamu aku akan banyak berkorban, pengorbanan yang mungkin tak akan pernah di pahami oleh laki-laki sepertimu.

Kau tahu, sejak aku memiliki perasaan itu, ingin aku berbisik lembut di telingamu, ahh tapi rupanya, telingamu terlalu sibuk untuk hanya sekedar mendengar bisikan lembutku, ku coba tatap binar matamu, lalu berusaha menyapa hatimu, namun tak bisa, rasanya matamu terlalu banyak hal yang ia focuskan, lalu dian dan menanti yang bisa ku lakukan, melihatmu dari jarak itu, lalu mendengar celotehmu, tak mengapa itu karna aku percaya cintamu. Dan berpikir hanya berada di sampingmu sudah cukup bagiku, hingga saatnya aku pergi, aku ingin kau tahu tentang semua itu, namun kau harus tahu ketika saat itu tiba, perasaan itu telah menjadi cerita di antara kita, percayalah padaku itu hanya akan menjadi rentetan cerpen tak berarti lagi.

Aku memilih pergi, setelah dalam waktu yang begitu panjang, mencoba bertahan, mencoba ada untuk mu, namun kaupun tak mampu melihatnya, maka biarkan ini hanya menjadi kisahku, aku akan memeluk kisahku dalam damai, yahh sama seperti mu yang menyibukkan mata dan telingamu untuk hal yang ada di seberang sana maka ku rasa sudah waktunya aku beranjak dari sisimu, menemani sisi yang telah lama menanti agar aku ada di sisinya.

Sama sepertimu yang menukan seseorang yang terbaik dalam hidupmu dan pantas untuk kau perjuangkan maka seperti itulah aku. Aku berhenti berada di sisimu aku menyerah, sebab rasanya sudah waktunya aku beranjak, beranjak untuk membuka hati untuk lelaki yang selama ini pun menemani dalam rentetan kisah rinduku padamu, dia, mungkin dia, dialah yang terbaik untukmu...


Ku tutup perjalanan, kurasa telah tiba waktunya untuk mengikhlaskannya, cukup sampai di sini, dan aku berhenti.

Selasa, 06 Juni 2017

Setelah waktu berpaling

Waktu memang tak bisa di tebak, sesulit aku menebak kata-kata yang kau rangkai dalam kalimat-kalimat panjangku.

Aku berhenti, kau tahu itu pilihan yang ku lontarkan, berhenti bukan berati aku menyerah, sebab aku punya tuhan Yang Maha membolak-balikan hati, yah hingga aku menulis tulisan ini, aku telah berpikir banyak, tak ada guna jika pun aku ingin berhenti sebab rasanya, rasaku tak ingin beranjak darimu, memecah mesteri dari rangkaian kata-kata itu, sulit tapi mungkin itu bukan sekedar tulisan berupa kata-kata dalam kalimat, tapi itu rasa, rasa yang hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh rasa pula.

Beberapa waktu lalu, menulis mungkin akan segera berakhir, namun aku salah, aku tak bisa, rasaku membuatku tak mampu berhenti menulis kata dalam kalimat, meski rasa takkan mungkin dapat di pahami oleh kalimat, tapi itulah aku.

Sudahlah, hal yang ingin kusampaikan adalah terus sajalah kau begitu, itu hak mu, egois jik aku datang dan merusak seluruh khayal imajinasimu, menghancurkan mimpi-mimpi tentang cintamu, sebab mungkin itu bukan aku.

Kau tahu, hal termanis yang kulakukan untuk cinta adalah tetap diam dihadapanmu, menerima setiap cerita-cerita cintamu, meski terkadang ada perih yang diam-diam menyelinap di relung hati kala mendengar kisah-kisah cinta yang kau ceritakan, namun siapalah aku ini di hadapanmu, hanya senyum yang bisa ku tampakkan, tulus, sebab turut merasakan bagian dan sedihmu di setiap bagian cerita yang kau ceritakan sudah cukup membuatku bahagia, setidaknya ada hal kecil tentang kepingan kehidupanmu yang ingin kau bagi padaku, jauh dari sebuah kisah tapi rasalah yang kau bagikan bagiku, sekalipun itu menikam perasaanku, tak mengapa aku bahagia.

Kau tahu, saat hujan, iyya hujan yang selalu kau sebut sebagai pengantar kenangan setelahnya berlalu, kau tahu tepat seperti itulah hal kurasakan, semua tentang kau, masih tentang kau dan tak berubah seberapapun aku ingin lari, baik tak mengapakan jika aku hanya bisa dengan jarak sejauh ini, seperti yang selalu ku katakan ada jarak di antara kita meski rindu telah tertumpuk dan menggunung, aku sadar merinduimu bukanlah hak ku jadi biarkan aku di sini menikmati jarak pencipta rindu yang bahkan pernah tersampaikan oleh kata dalam kalimat.

Hari ini, kuputuskan untuk tetap merinduimu, merinduimu dalam setiap doa-doa di sujudku pada Rabb-ku Sang Pemilil hati, menyemogakan kau dalm setiap doaku, tapi tetap saja jika itu bukan kau, maka tak mengapa, mungkin ada yang lain yang lebih baik untukku (ikhlaskan) dan kurasa kaupun sama, kaupun menemukan sosok terbaik untuk hidupmu, sampai jumpa, sebab aku telah kembali, kembali menjadi diriku yang mencinta dalam jarak yang tak mampu menguntai rindu dalam rasa tapi hanya dalam kata.

S A H A B A T PERJALANAN

Hari bergati hari, semua terlewati begitu saja, aku tak memikirkan begitu banyak hal, bagiku tahun-tahun ini, aku hanya ingin menjalaninya d...